Sunday, June 21, 2015

SEMANGAT KEKITAAN MERUPAKAN PEKERJAAN TEMULIA

 (Disiarkan pada 20. 6. 2015)
Kita manusia hidup di dunia ini dapat melakukan beratus bahkan beribu pekerjaan yang baik dan dapat pula melakukan beratus bahkan beribu macam pekerjaan-pekerjaan yang buruk. Di antara pekerjaan-pekerjaan yang baik yang dapat kita lakukan itu, yang paling mulia atau yang paling tinggi nilainya pada sisi Allah ialah menyeru manusia untuk beriman dengan Allah serta malakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik (amal salih).
               Kita menganggap diri kita sebahagian daripada orang lain maka inginkan orang lain juga beramal seperti mana yang kita inginkan kepada diri kita sendiri. Dalam perkataan lain, apa yang baik bagi diri kita maka baik jugalah kepada orang lain. Semangat kekitaan itu sentiasa menghiasi jiwa kita demi melahirkana semangat ukhuwah kemanusiaan dan membina tamadun.
               Menyeruh manusia kepada Allah (untuk beriman dengan Allah) dan beramal Salih itu dikatakan pekerjaan termulia, pekerjaan yang paling baik di antara segala pekerjaan-pekerjaan yang baik, dan pekerjaan yang paling suci di atas dunia ini, adalah kerana pekerjaan itu paling besar faedah dan kegunannya bagi manusia, sebab dengan iman dan amal salih itu, manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan pula keselamatan dan kebahagiaan di akhirat nanti.
               Menyeruh manusia untuk beriman dan beramal salih bererti mencabut dan menghindar kan manusia dari jurang kesengsaraan dunia dan juga kesengsaraan akhirat. Para Rasul seluruhnya dan para sahabat menumpahkan semua tenaga, fikiran dan harta mereka untuk menyeru manusia kepada Allah dan beramal salih.
               Sekalipun diancam dengan beraneka ragam ancaman, mereka takkan mundur selang kah pun dari pekerjaan yang paling mulia itu. Mereka lakukan pekerjaan suci siang dan malam, pagi dan petang, dikala susah dan dikala senang, di waktu perang dan diwaktu damai, diwaktu mereka dalam keadaan lapar selapar-laparnya sekalipun. Mereka lakukan pekerjaan itu tanpa mengharapkan upah dari siapa pun, kecuali ganjaran pahala dari Allah semata.
               Baginda Rasul Nabi Muhammad SAW telah mengharungi keperitan serta kesusahan hidup berbagai peringkat dalam usaha mentarbiahkan dakwa Islamiah beliau kepada umatnya untuk menerima Islam sebagai cara hidup. Kesusahan dan kesukaran dalam perjuangan belaiu tidak melemahkan usahanya untuk terus melaksanakan dakwahnya.
               Sesudah lima tahun menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW baru berhasil mendapat pengikut kira-kira 50 orang yang kebanyakan terdiri atas orang-orang yang lemah, tetapi halangan dan rintangan yang merupakan  ancaman dan hinaan sudah hebat sekali. Semua halangan dan ancaman itu tampaknya tak berkesan sedikit juga atas diri Nabi Muhammad SAW bahkan  terus saja berda’wah dan menyeruh manusia kepada Allah. Pemimpin-pemimpin bangsa Quraisy mulai memikirkan jalan lain dari ancaman untuk menghentikan Rasulullah SAW berda’wah itu.
               Pemuka-pemuka Quraisy berkumpul untuk mencari jalan lain yang bagaimana dapat dihentikan Nabi Muhammad SAW. Akhirnya yang paling berwibawa dan terhormat di kalangan bangsa Quraisy, yang paling pandai berkata-kata, iaitu  Utbah bin Rabi’ah. Utbah diutus untuk menemui Nabi Muhammad SAW, mengemukakan 3 tawaran kepada Nabi Muhammad SAW.
               Pertama Utbah berkata kepada Nabi Muhammad SAW bahawa: “Jika engkau ingin kaya, akan kami kumpulkan kekayaan bagimu sehingga engkau menjadi orang terkaya di kalangan bangsa Quraisy; Kedua kalau engkau punya kekuatan dan keinginan, pilihlah sepuluh orang-orang di antara wanita-wanita Quraisy untuk menjadi isterimu, dan ketiga kalau engkau ingin dijadikan raja kami, kami angkat engkau menjadi raja kami, dan ikut segala perintahmu.”          
               Setelah mendengar ketiga macam tawaran itu, Rasulullah SAW menjawab dengan berkata (membaca) Surah As-Sajdah ayat 1 hingga ayat ke 13. Yang bermaksd:
               “Alif Lam Mim.”
“Turunnya Kitab (al-Quiran) tiada diragukan lagi adalah daripada Tuhan semesta alam.”  
“Mengapakah mereka katakan: Al-Quran ini diada-adakan oleh Muhammad?  Sebaliknya dia kitab yang benar datangnya dari Tuhanmu, untuk engkau peringatkan kepada kaum yang belum didatangai oleh orang yang memberi peringtan sebelum engkau. Mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.”
“Allah itulah yang menciptakan  beberapa langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari. Kemudian Dia (Allah)telah bersemayanm di atas singgasana. Tidak ada bagi kamu pemimpin dan penolong selain daripada-Nya,mengapakah kamu tidak beringat?”
“Dia (Allah) yang mengatur urusan (pemerimtahan) dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya pada hari yang anggarannya seribu tahun mengikut perhitungan kamu.”
“Begitulah, Allah itu Maha Tahu akan perkara yang tersembunyi dan yang terang, lagi perkasa lagi pula penyayang”.
“Iaitu yang menjadikan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Dan memulai menciptakan manusia itu daripada tanah.”
“Kemudian dijadikanNya keturunan manusia itu daripada pati air yang hina.”
“Kemudian dibentuk-Nya dan ditiupkan ke dalamnya sebahagian dari rohnya (Allah), dan dijadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, sedikit sekali kamu bersyukur.”
“Berkata orang-orang (yang kufur) itu; Apabila badan kita telah hancur-luluh di dalam tanah adakah kejadian kita akan dibaharukan (hidupkan kembali)? Sebaliknya mereka menyangkal mengenai pertemuan dengan Tuhan mereka.”
“Katakanlah: Kamu dimatikan oleh Malaikat Maut (Israil) yang telah diwakilkan kepadanya untuk memastikan kamu, kemudian kepada Tuhan kamu di kembalikan.”
“Kalau sekiranya engkau lihat (engkau akan hairan), ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala kepada Tuhan mereka (seraya berkata): Wahai Tuhan Kami!Kami telah melihat dan telah mendengar (seruan rasul), sebab itu kembalikanlah kami kedalam dunai supaya kami kerjakan amalan yang Salih, sesungguhnya kami sekarang sudah yakin.”
“Kalau Kami mahu, Kami dapat memberikan petunjuk kepada setiap orang tetapi ketetapan kata dari-Ku iaitu, Aku pasti akan penuhkan neraka Jahanam itu dengan bangsa jin dan manusia semuanya.”
Utbah menjadi terpukau mendengar ayat-ayat tersebut, kerana kata-kata dan susunannya yang indah dan pengertiannya yang amat mendalam, yang berisi seruan untuk beriman dengan Allah agar mendapatkan kebahagian dan mengancam jangan mengabaikan apa yang diturunkan Allah agar jangan ditimpa siksa......seperti siksa yang pernah menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud.
Utbah tidak berkata apa-apa lagi, lalu memohon diri untuk kembali pulang. Rasulullah pun tidak berkata apa-apa lagi selain membaca ayat-ayat tersebut.
Beberapa bulan kemudian, pemuka-pemuka Quraisy kembali berkumpul dan berunding apa tindakan seterusnya. Akhirnya mereka putuskan akan datang bersama-sama Abu Thalib paman Rasululah SAW untuk menyampaikan hajat mereka. Mereka datang 5 orang, terdiri daripada yang terkemuka  di kalangan  bangsa Quraisy, iaitu  Abu Jahl bin Hisyaam, Umayyah bin Khalaf, Abu Sofyan bin Harab, Uybah bin Rabi’ah dan Syaibah bin
Rabia’ah.
Setelah bertemu dengan Abu Thalib, mereka berkata: “Hai Abu Thalib, kedudukanmu di tengah-tengah kami sudah sama engkau ketahui sendiri, dan engkau pun tahu siapa-siapa kami  yang datang ini. (kami tahu akan kedudukan dan keberanianmu, engkau pun tahu akan kedudukan dan keberanian kamu). Kami khawatir akan terjadi apa-apa antara kami dan engkau kerana kemanakanmu yang bernama Muhammad itu. Suruhlah dia henti menyeru apa yang dia serukan itu, atau kami yang menyeruhnya.”  
Mendengar kata-kata yang pendek dan amat tajam itu, Abu Thalib amat khuatir akan keselamatan kemanakannya yang bernama Muhammad. Dia utus seorang untuk memanggil Nabi Muhammad SAW.
Setelah Nabi Muhammad SAW datang dan berdiri di tengah-tengah pemuka-pemuka Qurqisy itu, Abu Thalib berkata dengan beliau:
“Hai anak saudaraku,  mereka yang datang ini semuanya adalah orang-orang yang besar di kalangan kaumku (Quraisy), mereka datang bersama-sama mengenai dirimu. Janganlah engkau bebani aku dengan beban yang tak sanggup aku memikulnya. Berhentilah dari menyeru apa-apa yang mereka tidak senangi dari perkataanmu.”
Dengan kata-kata yang demikian bunyinya itu, Rasulullah SAW berfikir bahawa pamannya yang selama ini melidunginya sudah merasa tidak sanggup lagi melindungginya. Dengan perkiraan yang demikian itu, Rasulullah SAW dengan air mata yang berlinang-linang di mata  beliau, lalu berkata kepada pamannya di hadapan pemuka-pemuka Quraisy.
“Hai pamanku, sekiranya matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, tidaklah aku akan berhenti dari pekerjaan ini, sehingga Allah memenangkan apa yang aku ajarkan itu atau aku binasa dalam memperjuangkannya.”
Setelah, mengucapkan kata-kata itu Rasulullah lalu menangis. Demikianlah tingginya nilai pekerjaan yang bernama dakwah, iaitu menyeru manusia  untuk beriman dan beramal salih, sehingga pekerjaan itu tidak dapat ditukar dengan harta benda  yang bagaimana juga banyaknya, dan tidak dapat diganti dengan wanita-wanita yang bagaimana juga cantiknya, dan tidak dapat ditukar dengan pangkat atau kedudukan yang bagaimana juga tingginya. Bahkan tak dapat ditukar dengan bulan ditambah matahari sekalipun.
Harta, wanita, tahta, bulan dan mata hari ta’ dapat dijadikan ganti atau tukaran bagi dakwah atau menyeru manusia ke jalan  Allah. Menyeru manusia untuk beriman dan beramal saleh jauh lebih tinggi nilainya dari pada harta, wanita, tahta, bulan dan matahari itu.
Semangat kekitaan yang Rasulullah SAW hendak bina, iaitu semua umat manusia bersama  dengan Rasulullah SAW membina kehidupan dengan beramal saleh serta bertakwa kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Nilai iman dan takwa kepada Allah jauh lehih berharga dan bermanfaat kepada kehidupan daripada kebendaan yang ada dalam alam kehidupan ini.
Cobalah anda renungkan pula, sudahkah anda turut berda’wah menyeru manusia beriman kepada Allah dan beramal saleh? Syukurlah kalau sudah. Tetapi kalau belum bilakah anda akan menjadi Pengikut Nabi Muhammad SAW yang setia?
Kejadian lain yang menunjukkan bagaimana mulianya pekerjaan da’wah itu ialah dalam peperangan Khaibar, perang berat di mana Rasulullah sendiri turut di dalamnya. Kerana beratnya perang tersebut, Rasulullah SAW menggunakan taktik menggilirkan Panglima perang di antara sahabat-sahabat yang ahli perang itu.
Pada hari kelima Rasulullah SAW serahkan kepimpinan perang kepada Ali bin Abi Thalib. Mengikut Rasulullah SAW beliaulah orang terbaik dan akan memenangkan perang itu dibawah pimpinannya.
Setelah menerima pimpinan perang, Ali bin Abi Thalib berkata kepada Rasulullah SAW: “Insya Allah hari ini perang dapat kita menangkan, dan seluruh tentera musuh akan dapat kita tundukan.”
Mendengar keyakinan Ali yang demikian itu  Rasulullah SAW  terdiam seketika lalu berkata kepada Ali: “Teruskanlah rencana mu itu, dudukilah daerah yang mereka kuasai, dan seruhlah mereka ke dalam agama Islam, terangkan kepada mereka akan kewajiban mereka itu dari hak Allah, tetapi....Demi Allah, jika Allah dapat memasukkan petujuk kepada satu orang laki-laki dari mereka itu dengan perantaraan engaku (hai Ali), maka itu lebih baik bagimu dari seluruh harta kekayaan.”
                    Menarik seorang musuh masuk agama Islam nilainya pada pandangan Allah dan Rasul-Nya jauh lebih tinggi daripada mengalahkan atau menewaskan seluruh musuh, Sebab menewaskan musuh adalah kemenangan yang negatif, tetapi memasukkan seorang musuh ke dalam agama Islam adalah kemenangan yang positif.
                    Musuh yang dapat ditewaskan ta’ mempunyai faedah apa-apa tetapi musuh yang dapat ditarik menjadi teman, memberi kesan, pengaruh dari faedah yang terus menjadi teman ini dapat menarik orang-orang lain masuk agama Islam, dapat membantu dalam perang, dapat dipergunakan tenaga baru dan kecekapannya dalam berbagai bidang.

                    Menyeru manusia termasuk musuh, kepada  Allah untuk beriman dan taqwa terhadap Allah, inilah tugas hidup Rasulullah SAW dan para sahabat r.a. Beliau membina satu kekitaan dalam hidup beragama Islam, membina satu perjuangan yang sama iaitu beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. 

No comments:

Post a Comment